Kuil Sadewa

Kuil cinta Sadewa















Mata itu masih mataku
Pipi itu masihlah pipiku
Hidung itu dan bibir itu

Rindu memang begitu indah menciptakanya
Merawatnya meski terkubur di tanah pelarian
Tak ada yang berubah kecuali sikapnya saja

Waktu masih setia membuka kedok kedok nilai
Menelanjangi pejalan malam
Menarik kesadaran dalam rinai cerita merdu

Selamta datang kembali dalam gua sunyi
Tempat persembahan para raja dan dewa
Mengadu luka tusuk yang tersayat ilalang

Ada tuhan yang menyadur kuarsa kuasa di tiap lembarnya
Kemudian menandakan gersangya pencarian dan lelahnya

Ada engkau yang menatap tajam lekat
Di pinggir jalan sebelum kelokan
Sejenak namun berkesan dalam
Untuk kemudian pergi dan senyap kembali

Esok adalah kuasa asa bagimu
Bagiku adalah mentari di ketiakmu yang sempit

Dari sajak tak beraturan aku mendapuk cinta
Menawan perawan di bibir jurang
Untuk di sajikan sebagai persembahan sebelum malam terhenyak

Pun akhirnya engkau tiba

Sejarah adalah masa lalu
Cinta tak ada yang baru
Sama saja
Dalam wujud bedanya

Nilai dan hukum tak memenjarakanya
Tatanan dan status tak dapat menjelaskanya
Hanya rindu
Kebranian
Akhirnya kejujuran
Itu saja

Semarang, 07 juni 2011
(agung hendriyono)