Magelang

Alun-alun Magelang















Senja dipintumu
tidar yang setia menjaga lirih menyapa
pendar air hujan baru saja reda
basah melumuri tubuhnya membeku

Merentang memasuki kitaran
pada setiap sudut kota barisan kedai makanan
menawarkan rasa rindu sajian khas rakyat
usir sergapan dingin menusuk berpaling hangat

Sampai dialun-alun praja
juntai akar beringin tua merambah tanah
memunguti benih asa yang pernah tertanam
kering berserak mati tak bersemi

Tingkah lampu hias taman
tak mampu mengusir gemetar rasa
seperti seribu sembilu menyayat tak berjeda
julang menara penyangga air turut menahankan lara

Biarlah kini ku semai lagi
bila kelak kembali
bukan untuk kau petik nanti
sebagai prasasti kita pernah ada disini

(Muhammad Zaini)