Berpuluh rindu yang berpeluh
Turun berton-ton dalam curah hujan di bulan
november
Menyatu dalam kehangatan pelukmu yang kecil
Di ujung bukit berduri yang tak berakabut
Berhujam tanya tak mengena dalam tawa
Melarut
dalam serutan hati yang menggelayuti mata
Setengah nafas terhirup dari dengusmu yang
merdu
Menyemangati bersingkirnya hidup yang tak
tentu
Dalam tidurmu Tuhan bicara padaku
Mengenai hal-hak yang tak sempat aku tanyakan
kepada waktu
Hidup menjadi begitu singkatnya dalam sakit
Meradang di tengah komanya otak terdangkal
Akulah yang telah mendepak sejarah itu
Dengan baju kusam dan jangkar berakarat
Mengkait karang yang tua
Dan patah
Ah engkau
Masih saja tersenyum di pinggir ranjang
Ah aku
Masih saja terpekur menatapmu
Semarang, 31 mei 2011 (Agung Hendriyono)
