Kaleidoskop Kepiting Rebus


Kaleidoskop Kepiting Rebus





















Ketujuh purnama telah menghasut senja
Menarik garis luka yang telah di renda waktu

Semenjak engkau pergi dengan tanpa mata
Aku masih duduk termenung di antara pintu yang berdiri
Dari sana semua telah menjadi kerak yang berlumut
Angan dengan gagap menyita kendaraan mimpi

Hujan masih basah Tanda kematian yang panjang
Menaruh nisan tak bermata  di kundalininya


Kekasih masih menangis di pinggiran
Mengalir deras dengan kawah yang bergemuruh
Mendapuk petir dan hujan sore
Tak ada yang tau apa maksud dari mata merah yang tertoreh

Nama yang tersemat membabat
Apakah aku telah menjelma menjadi nama
Tidak
Tapi menaruh sepi diantara gendewanya
Meluncur tajam bersama anak panah
Menusuk lajunya keinginan yang menjadi cita-cita

Perang ini bukan lagi tentang kuasa
Melainkan tentang cita
Jelas darah yang menucur lebih banyak
konsep yang ada pun bukan Karena darma
kebudayaan yang salah
peradaban yang kalah
berjalanya dengan pedang yang tak terarah
mencoba melukis nasib dengan gelap

luka-luka
kecewa-kecewa
mati saja engkau sebelum nyata menyita
waktu dan proses pergulatanmu

semarang 6 april 2011
(agung hendriyono)